Tangan Dingin Ibu Risma untuk mewujudkan Smart City
Salah satu cita-cita Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sejak menjabat pada tahun 2010 silam adalah smart city. Hal itu tidak mudah, tapi pelan-pelan terealisasi. Risma berhasil memangkas birokrasi. Bagaimana caranya?
Berkat terobosan itu, Wali Kota Surabaya yang kerap dipanggil Bu Risma ini diganjar sederet penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari masuk dalam daftar 50 pemimpin dunia terhebat versi majalah Fortune, Walikota Terbaik Ketiga dari World Mayor Project hingga yang terbaru meraih World Mayor Commendation for Services to The City.
Risma memanfaatkan teknologi informasi dalam menjalankan seluruh manajemen perkotaan serta memaksimalkan pelayanan. "Tujuannya untuk mempercepat pekerjaan dan bisa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat," ujar Risma kala ditemui di rumah dinasnya beberapa waktu lalu.
Risma membuat beberapa program pelayanan secara elektronik lewat e-Musrenbang. Program ini dirancang agar warga dapat mengetahui apakah usulan pembangunan mereka diterima atau ditolak.
Saat ini, jumlah lembaga pemerintahan di Surabaya semakin kecil. Jumlah kelurahan berkurang dari sebelumnya 163 menjadi 154. Kepala Seksi Kelurahan yang sebelumnya 4 menjadi 3. Begitu pula Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah (UPTD) Pendidikan yang dulunya berjumlah 31 hanya tersisa 5.
Selain efesiensi birokrasi, Risma pun telah membenahi sistem database warganya. Data tersebut dilengkapi berbagai keterangan yang membantu pihak pemerintah Kota Surabaya mengetahui permasalahan warganya.
"Lewat software kami dapat memetakan dan menganalisa kebutuhan dan masalah warga. Misalnya soal kemiskinan, dapat dipetakan sehingga dinas terkait dapat langsung mengambil langkah guna mengangkat warga dari masalah kemiskinan," terang Risma.
Sukses melakukan efesiensi birokrasi tak menghentikan langkah perempuan yang berusia 53 tahun ini untuk terus meningkatkan pelayanan bagi warga Kota Pahlawan. Pada Januari lalu, Risma meluncurkan program e-Kios guna memudahkan warga mengurus segala perizinan.
"Bentuknya mirip mesin ATM. Masyarakat bila butuh layanan cukup datang ke mesin itu (e-Kios)," ujar Risma.
Saat ini, e-Kios sudah terpasang di 235 titik di seluruh Surabaya. Ada tiga layanan publik yang dapat diakses, yakni e-lampid, e-health, e-pendidikan, dan Surabaya Single Window (SSW). detik.com
Label:
news
Posting Komentar